Author: Clouds6009
Main Cast: Yesung a.k.a Kim Jong Woon, Park Shin Hye, Cho Kyuhyun
Other Cast: Ryeowook, Jung YongHwa, other Super Junior Member, Park Jiyeon, IU, ELFs
Genre: Friendship, Family, Romance
Language: Bahasa
Rate: BO (?), can be T
Background: I write this story because I like the main casts personally. But I have another reason. I rarely find a fanfic that Yesung acts as a REAL namja. I often find him acts as boys lover, and he is the woman-alike character (Uke). This is driving me crazy. I hope my non-expert writing is not too bad. Happy reading!!
Disclaimer: Casts are idols that I like. They belong to God, their family, and company. I just use their name as they are.
“Yesung-a… kau sudah datang? Cepat duduk di sini. Kami sudah lama menunggu.” Kata Produser Ki Woo, seorang yang sedang sibuk dengan debut soloku. Sekarang aku sedang duduk berhadapan dengan seorang pria yang terlihat lebih muda dari PD Ki Woo dan juga seorang wanita, Park Shin Hye.
2nd Chapter
Shin Hye’s POV
“Min Woo Oppa! Bisakah aku bertemu Yesung-ssi sabtu ini?” tanyaku pada manajerku yang setia ini.
“Tunggu! Aku lihat dulu jadwalmu. Sabtu, kau ada acara amal dari jam 8 sampai 10 pagi. Setelahnya kamu bebas. Hubunganmu dengannya baik-baik saja? Kalian tidak bertemu sejak konferensi pers seminggu yang lalukan?” tanyanya melihat ke arahku dengan penasaran.
“Benar, Oppa. Karena itu aku ingin mencari waktu. Kuharap kami bisa bertemu nanti. Aku akan menghubunginya, jadi…” Ya Tuhan! Aku lupa. Aku benar-benar lupa.
“Oppa…
bisakah kau menelepon manajer Yesung-ssi agar aku bisa bicara dengannya? Aku lupa handphoneku di mobil. Aku juga tidak hapal nomor Yesung-ssi.” Aku benar-benar melupakan hal yang satu ini. Pabo Shinhye!!
bisakah kau menelepon manajer Yesung-ssi agar aku bisa bicara dengannya? Aku lupa handphoneku di mobil. Aku juga tidak hapal nomor Yesung-ssi.” Aku benar-benar melupakan hal yang satu ini. Pabo Shinhye!!
~__~
“Aku akan menghubunginya agar mengirimkan nomor Yesung-ssi. Jadi kalian bisa bicara dengan nyaman. Tapi sekarang selesaikan dulu pemotretanmu!” ucap Min Woo. Melihat waktu istirahat makan siang sudah habis. Aku memang sedang pemotretan salah satu brand tas ternama.
“De, Oppa! Aku kesana dulu. Tolong telepon saja. Agar cepat mendapatkan nomornya.” Shin Hye pun pergi menuju studio pemotretannya.
“Ckckck… anak ini! Apa? Bahkan dia memanggil pacarnya dengan akhiran –ssi? Hmn... ,” ucapnya sambil tersenyum memandangi kepergian artis cantiknya itu.
Yesung’s POV
“Yesung-ah, kesini sebentar!” Kwon Hyung, manajerku, segera memanggilku saat aku baru akan masuk ruang tunggu bersama member lain. Langsung saja ku ikuti. Setelah mendapat ruangan yang nampak kosong, dia mulai melihat ke arahku dengan tatapan, err~ curiga.
“Wae, Hyung?” Tanyaku sebelum ia sempat mengungkapkan apapun. Tatapannya ini meembuatku risih. Apa dia melihat kesalahan-kesalahanku di atas panggung? Err~ padangannya selalu begitu tajam dan teliti seperti 5 tahun lalu saat aku pertama mengenalnya.
“Kau yakin pacaran dengan si Shin Hye itu?” Waah… kenapa dia menanyakan hal semacam ini juga? batinku. Melihatku yang tak kunjung memberi tanggapan, dia melanjutkan,
“Yesung-a… bagaimana bisa pacarmu sendiri tidak tahu nomor handphonemu? Aku dengar kalian lebih sering berhubungan lewat telepon. Ini (memberikan sobekan kertas). Ini nomor manajernya. Barusan dia menelepon dan katanya ingin bicara denganmu. Tapi karena kalian sedang perform, dia hanya berpesan agar kau menghubunginya.” Jelasnya masih dengan tatapan curiga. Ooh... ayolah! Siapa di dunia ini yang tidak tau nomor kekasihnya sendiri??! Aku masih saja setia dengan lamunanku sendiri. Tidak kusadari kertas itu sudah beralih ke tanganku, dan Kwon Hyung sudah tidak lagi di hadapan ku. Entah kemana dia pergi.
***
Yesung’s POV
“Selamat datang!” Sapa seorang pelayan yang berdiri di pintu utama. Sekarang aku sedang berada di sebuah restoran masakan Korea. “Hmm… masih begitu sepi.” Ucapku pelan sambil mengedarkan pandanganku. Terang saja. Jam tanganku saja belum menunjuk angka 10. Ini masih begitu pagi untuk makan siang dan terlalu telat untuk sarapan. Ku lihat seorang wanita sedang duduk menyeruput segelas lemon tea, atau entah teh macam apa, di deretan meja sudut kanan restoran. Segera saja aku menghampirinya.
Shin Hye’s POV
Kudengar suara kursi ditarik di depan mejaku. Langsung saja aku menoleh. Orang yang ku tunggu-tunggu sudah datang.
“Selamat pagi! Sudah lama menunggu?”
“Pagi! Tidak, aku juga baru saja duduk disini.”
“Jadi, apa kau sudah sarapan? Akan kupesankan sesuatu untuk dimakan.” Sosok pria di depanku bertanya sambil melirik sebentar ke arah segelas lemon tea di hadapanku.
“Oh,, De. Aku ingin makan bubur jamur special. Itu yang terbaik disini.” Jawabku sambil tersenyum. Memastikan pendapatku.
“Benarkah? Aku juga akan memesan itu. Tunggu sebentar ya!” Aku lihat dia berjalan menuju meja pesanan. Seorang wanita paruh baya tengah berdiri disana. Jelas terlihat dari sini ia tersenyum sopan sambil mengulangi pesanan pria di hadapannya. Memastikan pesanan kami sudah benar. Tidak lama pria itupun kembali duduk di kursi di hadapanku.
“Ini kedua kalinya kita bertemu. Apa yang ingin kau bicarakan?” pertanyaannya ini memaksaku berhenti menyeruput minumanku.
“Ini… tentang kita.” Ucapku ragu.
Yesung’s POV
“Ini… tentang kita.” Ucap gadis cantik di depanku. Sesaat sebuah senyuman tipis terasa menghiasi sudut bibirku. Mendengar kata “kita” dari seorang gadis, kapan terakhir kali aku mendengarnya? Arrgh… entahlah. Kurasa itu sudah begitu lama. Tak ayal ucapannya membawaku pada pertemuan kami sekitar sebulan lalu di ruangan produser agensiku.
Flashback mode On
“Yesung-a… kau sudah datang? Cepat duduk di sini. Kami sudah lama menunggu.” Kata Produser Ki Woo, seorang yang sedang sibuk dengan debut soloku. Sekarang aku sedang duduk berhadapan dengan seorang pria yang terlihat lebih muda dari PD Ki Woo dan juga seorang wanita, Park Shin Hye.
“Dia adalah Jae Jin PDnim. Dan kau pasti tahu yan di sebelahnya kan? Seperti yang kukatakan semalam, ada hal penting yang ingin ku bicarakan denganmu.” Kata Ki Woo PD memulai pembicaraan.
“De. Maaf karena sudah datang terlambat. Recording program TV yang ku ikuti berlangsung lebih lama dari jadwal. Dan tentu saja aku mengenalnya PDnim. Seluruh Korea, bahkan sampai Asia pun mengenalnya. Tapi hal penting apa sampai mempertemukan kami?” tanyaku. Seorang artis yang tidak seagensi denganku, walau ku bilang mengenalnya, ini pertama kalinya aku bertatap muka dengannya.
“Pihak SMent dan perusahaan kami sudah mebuat kesepakatan kerja sama. Ini berhubungan dengan kalian.” Jelas pria yang duduk di samping Shin Hye. Waah… apa akhirnya aku dapat kesempatan? Pikirku. Sudah mulai melanglang buana ke obsesi masa remajaku.
“Kami ingin kalian berakting sebagai sepasang kekasih.” Lanjutnya.
Sekarang semua mata sedang fokus ke arahku, kecuali ShinHye. Sejak aku masuk ruangan, baru sekali ku lihat dia melihat ke arahku. Hanya sesaat sebelum aku mendudukkan diriku di sebelah Ki Woo Pdnim. Selain itu dia hanya melihat ke arah lain atau menunduk. Sekarang dia bahkan menunduk lebih dalam lagi.
“Ee… sebuah drama musikal? Ku dengar Shin Hye ssi cukup pandai bernyanyi.” Jawabku sambil melirik sebentar ke arah ShinHye. Ketiga orang itu terdiam. Ada apa dengan mereka? batinku.
“Hmm… sebenarnya, kami ingin agar kalian bersandiwara sebagai sepasang kekasih di depan semua orang. Bukan dalam film, drama, atau music video seperti yang mungkin sedang kau pikirkan, Yesungssi.” Jelas pria itu. Sejenak aku termangu.
“Sandiwara depan semua orang? Berpura-pura sebagai sepasang kekasih? Untuk apa?” rentetan pertanyaan itulah yang pertama keluar setelahnya. Tentu saja dariku.
“Yesung-a, petinggi perusahaan memutuskannya dengan banyak pertimbangan. Kami memutuskan ini setelah pembahasan yang cukup lama dengan pihak Shin Hye. Ini akan mendukung karir kalian berdua.” Kata Ki Woo PDnim.
“Aku belum mengerti. Bagaimana bisa berakting di depan semua orang untuk kebaikan karir kami? Kau bahkan tak tahu akan seperti apa reaksi dari fans kami. Aku baru memulai karir soloku, isu semacam ini sangat tidak masuk akal bagiku.” Ucapku tegas.Kerja sama??! Kesepakatan macam apa ini???
“Yesung-a… selama ini, sejak Super Junior terbentuk sampai sekarang. Kau tidak punya skandal dengan wanita manapun. Isu semacam ini akan lebih mudah membawa namamu dibandingkan isu lainnya. Terlebih dengan partner sekelas Shin Hye ssi.” Jawab Ki Woo PDnim.
“Selain itu, dari pihak kami sendiri juga sudah meminta persetujuan Shin Hye. Sekarang hanya menunggu persetujuanmu.” Tambah pria di sebelah Shin Hye.
“Apa tujuan kalian? Tidak. Maksudku, Shin Hye ssi adalah aktris terkenal. Dia tentu punya banyak penggemar. Isu seperti ini, bukannya akan menggoyahkan imagemu?” Tanyaku penuh ketertarikan. Ku lontarkan ini sambil memandang ke arahnya.
“Itu karena…”
“Biar aku yang jelaskan PDnim. Aku tahu apa yang kau maksudkan. Aku juga sempat berpikir begitu. Tapi menurut perusahaanku, karena image yang ada padaku yang sudah debut lebih dari 13 tahun ini tidak lagi cocok untuk usiaku. Mereka ingin memberi image yang lebih dewasa, jadi menurut mereka sosok kekasih akan memberi efek positif untuk karirku.” Jelas Shin Hye. Dia sepenuhnya melihat ke arahku saat mengucapkannya.
“Lalu, kenapa harus.....”
“Denganmu? Sebelumnya aku juga bertanya-tanya. Tapi sampai sekarang aku belum mendapat jawabannya.” Kata Shin Hye lagi. Seenaknya dia memotong perkataanku. Aku hanya bisa menatap tidak suka.
“Jadi, apa kau menerimanya Yesung ssi?” Tanya PD dari agensi Shin Hye itu.
“Aku ingin memikirkannya dulu PDnim. Sampai sekarang pun, alasan kalian ini, aku tidak berpikir itu sesuatu yang logis. Dan ku rasa aku harus bicara dengan pihak Sment.” Kataku jujur.
“Kalau begitu, kita bertemu seminggu lagi. Ku harap saat itu kami mendapat jawaban yang kami harapkan. Kami permisi.” Tidak lama setelah memberi salam, mereka berdua pun pergi. Hanya aku dan Ki Woo PDnim yang ada di ruangan itu.
“Yesung-a… aku tahu ini terdengar aneh. Tapi perusahaan memutuskan ini semua bukan tanpa pertimbangan. Ini bisa kau jadikan kesempatan yang tak ternilai.” Itulah yang diucapkannya sebelum aku pamit pergi.
Flashback mode Off
Flashback mode Off
“Yesung-ssi?” Lamunanku seketika buyar. Gadis yang baru saja ada di lamunanku, sekarang menatap khawatir campur bingung.
“Aah… maaf. Aku sedikit melamun. Kau ingat saat kita bertemu sebelumnya. Agak aneh mendengarmu menyebut “kita”.” Kataku sambil tersenyum kaku. Sebentar ku pandangi meja tempat aku memesan bubur tadi. Sebuah mangkuk telah ada disana. Ku putuskan untuk mengambilnya sendiri.
“Shin Hye ssi. Akan kuambilkan pesanan kita.” Kataku dan langsung berjalan ke arah meja itu.
“Ajhumoni, wah ini tampaknya porsi besar. Aku minta dua gelas air mineral, Ajhumoni. Dan biar aku yang bawa buburnya lebih dulu.” Tanpa menunggu persetujuan bibi itu, aku pun membawa nampan berisi dua mangkuk bubur pesanan kami. Melakukan ini meberiku sedikit waktu untuk memikirkan bahan pembicaraanku dengan Shin Hye.
“Shin Hye ssi, ini.” Kuletakkan seporsi bubur di depan Shin Hye dan milikku di hadapanku sendiri. Tidak lama kemudian, bibi tadi datang membawakan masing-masing segelas air untukku dan Shin Hye.
“Gomawo, ajhumoni.” Ucapku. “Sebelum membicarakan itu, ayo makan dulu. Sebenarnya aku belum sempat sarapan.” Kulihat Shin Hye hanya mengangguk setuju. Yang ku ucapkan memang benar. Aku dan member lain baru saja dari siaran radio pagi ini. Bahkan aku baru sempat tidur sejam.
Setelah menuntaskan sarapan telat kami itu, yang membuatku berpikir Shin Hye juga belum sarapan, akhirnya aku membuka pembicaraan lebih dulu.
“Pertama, kurasa harus perkenalan resmi. Kita belum melakukannyakan?”
“Kalau dipikir-pikir lagi, memang belum.” senyum tipis tersungging di bibir Shin Hye.
“Aku mulai ya? Namaku Kim Jong Woon, Yesung adalah nama panggungku. Sekarang aku 32 tahun dan sedang merintis karir soloku dan juga kegiatan grup. Aku punya seorang adik laki laki bernama Jongjin dan sekarang kami tinggal dengan kedua orang tua kami. Pekerjaan sambilanku menjalankan toko kacamata ayah dan kafe ibuku. Aku suka menonton film dan bermain sepak bola di waktu senggangku. Mannaso Banggapseumnida!” perkenalan singkatku.
Shin Hye POV
“Hmm… anyeonghaseyo! Park Shin Hye imnida, 26 tahun. Aku suka dancing. Aku tinggal dengan kedua orang tuaku dan seorang kakak laki-laki, Park Shin Won. Aku cukup pandai memasak, tapi aku tidak begitu pandai berbahasa Inggris. Apa lagi yang harus kukatakan? Hehehe… banggapseumnida!” inilah perkenalanku. Aku tidak tahu apa yang bisa dijadikan perkenalan.
“Baguslah. Walau perbedaan usia kita cukup jauh (dia tersenyum kecut), aku juga tidak begitu pandai berbahasa Inggris. Karena kita sudah berkenalan resmi, ayo kita tanyakan hal-hal sederhana. Kau setuju?”
“Kurasa, itu ide yang bagus. Bolehkah aku bertanya pertama?” setelah mendapatkan anggukannya, ku lanjutkan, “Apa kau punya kekasih? Atau orang yang kau sukai?” kulihat sirat keterkejutan di wajahnya.
“Tidak kedua-duanya. Bagaimana denganmu Shin Hye ssi?”
“Aku juga tidak. Sekarang giliranmu.”
“Apa yang paling kau benci? Kelakuan seperti apa yang membuatmu tidak menyukai seseorang?”
“Orang yang tidak menghargai wanita dan orang yang lebih tua. Aku sangat tidak menyukainya. Bagaimana denganmu Yesungssi?” tanyaku balik.
“Aku tidak suka orang yang lebih muda memakai banmal padaku seenaknya. Giliranmu.”
“Bisakah aku memanggilmu Oppa? Ini sedikit aneh memanggil pacar sendiri dengan cara kita sekarang.”
“Setuju, jadi bagaimana aku memanggilmu? Hye-ya? Hihihi…” senyumnya kali ini begitu akrab.
“Itu terdengar seperti lagu. Aku menyukainya. Apa aku harus memanggil Yesung Oppa? Atau Jong Woon Oppa?” Tanyaku lagi.
“Aku suka dengan Yesung, tapi aku lebih memilih Jong Woon saat aku berbicara dengan seorang teman. Pertanyaan berikutnya, lelaki idealmu seperi apa?”
“Seorang yang tahu menempatkan dirinya dan pandai membuatku tertawa. Kuharap seseorang yang tidak hanya memandang status dan penampilanku, bagaimana denganmu O-Oppa?” kali ini senyumnya, yang lebih manis dari sebelumnya, pun tak luput dari penglihatanku.
“Seorang gadis penurut yang manis?! Tapi selama dia bisa menyayangi dan memperlakukan aku dan keluargaku dengan tulus, penampilan bukanlah masalah utama. Kenapa kau suka dancing?”
“Aku melakukannya sejak kecil. Aku melakukannya saat aku ingin, dan itu bekerja dengan baik untuk mengembalikan moodku. Apa kau tidak suka nonton drama Oppa?”
“Aku hanya menonton beberapa. Dan aku tidak begitu suka topik pecintaan kekasih, tetapi lebih cinta keluarga. Ada lagi yang ingin kau tanyakan?”
“Siapa aktris dan penyanyi favoritmu? Atau haruskah kukatakan idolamu Oppa?”
“Aktris, Moon Geun Yong ssi dan Park Bo Young ssi. Penyayi favoritkuu,,,, aku tumbuh dengan lagu dari banyak penyanyi. Satu lagu yang spesial bagiku adalah lagu dari Kim Jongguk, Han Namja.”
“Hmm.. Moon Geun Yong Onnie dan Park Bo Yong ssi, tipe idealmu wanita yang terlihat lebih muda dari usianya?” tanyaku polos. Just like you, innerku.
“Hahaha… . entahlah. Apa terlihat seperti itu? Kurasa aku hanya terkesan dengan akting mereka. Kau tahukan drama dan film yang masing-masing mereka jadi pemeran utama? Kurasa aku jatuh cinta dengan karakter yang mereka perankan. Anak yang dengan berat hati ditinggalkan orang tuanya, dan anak yang keberadannya tidak diketahui ayahnya sendiri. Sejak itu mereka terlihat mempesona.”
***
Yesung POV
“Oppa, aku rasa kita harus pergi sekarang, sebelum jam makan siang. Sebentar lagi restoran ini akan ramai.”
“Waah… cepat sekali kau terbiasa memanggilku. Ya, aku bayar billnya dulu.” Baru saja aku berdiri hendak menuju ke kasir, bibi yang sejak tadi melayani kami datang ke arah mejaku dan Shin Hye.
“Duduklah sebentar! Bibi ingin bicara sebentar, bisakan?” Bibi itu kemudian duduk di sebelah Shin Hye. Fans?? Pikirku.
“Shin Hye-ya, awalnya aku khawatir dengan keputusanmu sebelumnya. Tapi sekarang melihat dia disini, aku bisa menerimanya.”
“Ibu…”
“Ibu??” pekikku. Kedua wanita di depanku itu justru tertawa.
“De, ini ibuku. Ibu, ini Yesung Oppa.” Kata Shinhye, memperkenalkan kami.
“Aah.. kenapa kau tidak bicara dari tadi. Aku bahkan tidak memberi salam dengan baik. Anyeong Haseyo ajhumoni! Mannaso banggabseumnida!”
“Gwenchana yo. Nado, mannaso banggapseumnida. Uri Shin Hye masih cukup kekanakan di usianya, tolong jaga dia baik-baik.”
Aku memandang ke arah Shin Hye sebentar sebelum menjawabnya.
“De, ajhumoni. Saya pasti akan menjaganya baik-baik.” Jawabku sambil tersenyum.
“Aku percaya kau akan menjaganya. Ohya, menjelang makan siang, akan banyak pelanggan. Sebaiknya kalian segera pergi kalau tidak ingin mereka menyadari kalian di sini.”
Mendengar yang dikatakan bibi, kami pun bergegas pergi. Sebelumnya Shin Hye sempat berbicara sebentar dengan bibi. Lalu kami pun segera pergi dengan mobil hitamku.
Di dalam mobil,
“Shin Hye-ssi, em.. maksudku Hye-ah kau mau kemana lagi sekarang? Akan ku antar.” Tanyaku, masih fokus menyetir.
“Hmm,,, apa kau punya jadwal hari ini Oppa?”
“Ani. Aku bebas sampai malam nanti. Wae?”
“Aku rasa kita perlu bicara tentang bagaimana hubungan kita. Sekedar persiapan untuk menjawab rasa penasaran publik nantinya. Bagaimana? Apa Oppa tau tempat yang bagus?”
“Aku tau tempat yang bagus. Kita ke sana saja.”
“Baguslah. Kita ke sana saja.”
Shin Hye’s POV
Tak berapa lama, kami sudah sampai di sebuah taman. Kami keluar dari mobil, dia membukakan pintu mobil untukku.
“Ayo ke sana!” ajaknya sambil menunjuk sebuah bangku panjang di dekat danau buatan tidak jauh dari tempat mobilnya terparkir.
“Baguskan? Taman ini tidak begitu ramai karena tidak ada pemberhentian bus yang dekat dari sini. Sedangkan kebanyakan orang dengan kendaraan pribadi lebih suka pergi ke tempat yang butuh uang banyak. Tapi, syukurlah! Aku bisa merasakan taman ini seperti taman pribadiku.” Itulah yang dikatakannya saat melihatku mengedarkan pandanganku. Benar katanya, taman ini indah. Banyak pohon yang tersusun rapih. Juga ada tempat bermain pasir dan beberapa ayunan dan seluncuran. Ditambah sebuah danau buatan yang walau tidak begitu besar, tapi cukup untuk meyempurnakan desain tamannya.
“Jadi, sekarang kita harus membuat skenarionya. Sebenarnya kau sudah mengatakan beberapa kebohongan pada member grupku.” Kata-katanya itu membuatku melihat ke arahnya.
“Wae? Apa kau tidak mengatakan alasan sebenarnya pada mereka? Aku tidak begitu tau teman yang lain selain Heechul Oppa. Tapi mereka bisa saja…”
“Bwo? Marah? Mereka memang sudah marah. Dan aku yakin akan lebih marah kalau aku mengakui bahwa aku memang berbohong. Tapi Shin Hye-a, kau sendiri tidak mengatakan pada siapapun bahkan ibumukan? Bagaimana aku bisa mengatakannya pada teman-temanku.
“Tapi Oppa…”
“Gwenchana. Aku ingin menikmati status kita. Bolehkan? Kau tau, mereka sangat cemburu padaku.” Ucapnya. Entah senyum keberapa yang ku lihat saat ini. Tapi itu tetap terlihat manis.
“Ngomong-ngomong tentang itu, kurasa mereka bukannya akan marah jika tahu yang sebenarnya, mereka malah akan menertawaiku sepanjang tahun.” Dia menoleh ke arahku. Menanti responku yang memang tak bisa kutahan. Kami benar-benar tertawa lepas. Tidak memperhatikan beberapa orang yang sekarang sedang memandang aneh pada tawa kami yang tak kunjung berhenti.
“Hah…ha…ha… . kurasa aku sudah terlalu banyak bicara.”
“Tidak apa-apa Oppa. Sekarang ceritakan padaku! Cerita pertemuan kita, versi yang kau ceritakan pada teman grupmu?”
“Ok. Aku bilang kita bertemu di variety show beberapa bulan lalu. Mungkin kau tidak ingat, walau ini benar. Aku tertarik denganmu, dan meminta nomor teleponmu. Lalu aku beranikan menghubungimu, dan kita jadi dekat lewat telepon. Tapi, kita jarang bertemu, kau menolakku saat aku mengakui perasaanku untuk pertama kalinya. Akhirnya kau menerimaku setelah beberapa kali aku mencoba.”
“Hanya itu? Itu cerita yang tidak begitu detail.” Ucapku dengan nada mengejek.
“Ya, aku tidak ingin mereka curiga. Ku pikir ceritaku dan ceritamu tentu harus disesuaikan. Jadi sebisa mungkin, aku menghindari pertanyaan-pertanyaan mereka.”
“Begitukah Oppa? Kau sudah memperhitungkannya juga? Jadi kita beritahukan saja itu pada semuanya. Lalu kencan pertama kita…”
“Restoran ibumu?” jawabnya cepat. Membuatku terkekeh, dia yang melihatku malah ikut terkekeh.
“Kencan pertama di restoran ibuku. Tanpa kau tahu itu restoran ibuku. Lalu, akan ada satu hal yang mungkin mereka tanyakan, mmm… first kiss?”
“Let’s only say it happened here. Di bangku taman dekat sebuah danau buatan. Setelah pertemuan dengan calon ibu mertua. Bagaimana?”
“Ide bagus Oppa. selebihnya hanya hubungan telepon, karena kita jarang bertemu. Bagaimana?”
“Dial.” Jawabnya tanpa melepas pandangannya ke arah danau.
“Sudah selesai. Skenario kompilasi dari Yesung dan Shin Hye.” Ucapku pelan. Sekarang aku malah ikut menikmati suasana taman yang tenang. Terlihat beberapa anak sedang bermain pasir. Ibu mereka duduk di bangku memandangi tingkah anak mereka tidak jauh dari sana.
“Oppa?”
“Hmm??”
“Apa kau sering kesini?”
“Tidak juga. Hanya saat aku tidak punya tempat untuk pergi.” Setelah mengucapkan itu dia menoleh ke arahku, tersenyum. Entah untuk keberapa kali dalam satu hari ini. Tapi senyumnya kali ini, itu membuatku ikut tersenyum.
***
“Terima kasih sudah mengatarku, Oppa!” ucapku pada Yesung Oppa.
“Hari yang menyenangkan Shin Hye. Terima kasih untuk sarapan kesiangannya!”
“Hehehe… don’t mention it, Oppa! Hati-hati menyetirnya!”
“Ya. Aku pergi. Bye!” katanya sekali lagi sebelum masuk ke dalam mobilnya, menyalakan mesin dan pergi menjauh. Aku masih di sana memandangi mobil itu. Aku teringat apa yang dikatakan ibu sebelum kami meninggalkan restorannya.
“Shin Hye-a, ibu tadinya sangat khawatir dengan keputusanmu. Kau bahkan belum pernah mempertemukan kami, malah memperkenalnya di depan umum. Tapi bertemu dia hari ini, ibu rasa pilihanmu benar. Dia sangat menghargai orang yang lebih tua, juga tampak perhatian terhadapamu. Semoga kali ini ibu bisa mendapatkan menantu.”
Aku kaget mendengar kalimat ibu yang terakhir itu. Memang aku bukannya tidak pernah memperkenalkannya pada siapapun sebagai pacar, tapi kali ini melihat caranya bicara. Aku tahu dia sudah cukup menyukai Yesung Oppa. “Omma, andai kau tahu kami hanya bersandiwara.”
Aku pun segera masuk rumah.
***
“Baru datang Hyung?” Tanya Donghae segera setelah aku masuk ke salah satu ruangan. Ku lihat semua member sudah ada di sana.
“Ya. Aku ada urusan sebentar. Kalian sudah lama?”
“Tidak, kami juga baru sampai. Kami sudah pesankan makananmu.” Jelas Kyuhyun saat melihatku membuka-buka menu.
“Tak usah bilang terima kasih, Hyung. Aku hanya tidak ingin pelayan datang dan pergi karena pesananmu.” Penjelasan Kyuhyun itu tepat sebelum aku ingin mengatakan terima kasih. Sontak member lain tertawa.
“Aah.. Kyu! Jangan bicara begitu! Bukannya sejak tadi kau terus bertanya tentang Yesung Hyung. Sekarang kau malah sok tak acuh.” Kata Hyujae. Mendengar itu, aku hanya bisa berdecak,
“Cih, dasar evil!” Kyuhyun masih saja menunjukkan wajah cueknya itu. Dongsaengku yang paling perhatian, tapi selalu saja tersenyum dan berlagak evil. Kurasa itu charmnya dia.
“Yesung Hyung?”
“Hmm?”
“Sudah kau hubungi Shin Hye ssi? Kau ingatkan aku bilang terakhir kali?! Dia bisa saja…” ucapan Donghae terhenti karena aku yang segera menjawabnya.
“Aku baru saja menemuinya.” Senyum singkat ku sunggingkan untuk memperkuat pernyataanku.
“Aa… karena itu kau tidak ada di dorm sejak pagi. Saat aku bangun kau sudah pergi. Kemana kalian pergi sejak pagi begitu?” Ryeowook malah ikut nimbrung.
“Kami hanya makan dan duduk-duduk di taman. “ jawabku polos.
“See! Sudah berapa umurmu? Pergi dengan gadis cantik yang pacarnya sendiri, tapi sungguh tidak romantis. Apa kau anak SMU?”
“Yak! Heechul Hyung! Kita sedang makan. Kenapa membahas kencanku dengan Shin Hye sih? Apa salahnya makan dan bersantai di taman?? Kami menikmatinya.” Penjelasan spontanku itu membuat semuanya berhenti mengunyah, kecuali Shindong.
“Hmm… Heechul Hyung. Sudahlah! Kita tau Yesung ada di tahap anak SMU. Aku bahkan bisa menghitung datenya yang kurang dari jumlah jari satu tanganku. Hahaha…” sekarang malah Siwon yang nimbrung. Ucapannya membuat mereka tertawa sebentar. Sampai Leeteuk Hyung menyuruh kami melanjutkan makan. Sebagian member akan ada siaran live radio besok pagi, katanya. Jadilah malam itu makan malam mereka diakhiri tanpa sebotolpun minuman beralkohol.
***
To be continue.... >_<
No comments:
Post a Comment